20 Oktober 2009

Real Girlfriend Or Real Actress


“Boleh aku tau kenapa kau memilihku?”di samping sebuah ranjang, Lia dengan mata berkaca-kaca menatap Rian, seorang cowok ganteng berwajah pucat yang sedang berbaring sekarat di depannya.
Dengan terbata-bata Rian menjawab ”Karena … aku mencintaimu … aku … aku …”

Tak sempat Rian melanjutkan kata-katanya, napas terakhirnya sudah terlanjur dihempaskan. Air mata Lia langsung mengalir deras, diikuti dengan teriakan histeris Lia “Rian!”.

Sambil mengguncang-guncangkan tubuh Rian yang sudah tak bergerak lagi, Lia terus berteriak”Rian, bangun! Jangan tinggalkan aku seperti ini! Rian, bangun!!”

“Cut!”sebuah suara dari belakang memecahkan suasana dramatis yang sedang terjadi. Terlihat Hanes, seorang cowok bertubuh agak tinggi dan besar, memakai kemeja dan jeans casual sedang tersenyum sambil bertepuk tangan. “Bagus! Lo berdua emang bakat jadi aktris dan aktor”

***

Siapa yang nggak kenal Lia? Diva ekskul drama, cantik, pintar dan yang terpenting aktingnya bener-bener keren itu sangat memikat para lelaki buaya darat d sekolah Lia. Namun, meskipun cantik, pintar dan jago akting, Lia hanyalah perempuan biasa. Yang punya rasa cinta dan kasih. Bukan hanya itu, Lia juga punya Prince Charming yang sangat disukainya, Tony. Tony adalah seorang cowok ganteng paling terkenal dari ekskul basket. Lia memutuskan akan mengungkapkan perasaannya kepada Tony besok, seusai dramanya dipentaskan.

***

Selesai latihan, Lia langsung pergi menuju restoran tempatnya dan Tony janjian. Hari ini Tony ulang tahun, jadi Lia ditraktir makan sepuasnya di restoran itu. Betapa beruntungnya Lia, karena hanya dialah yang ditraktir Tony hari ini. Padahal, Lia dan Tony kan baru kenal tiga bulan. Kejadian itu bermula dari jadwal ekskul drama dan basket yang tiba-tiba aja bentrok akibat ketidakbaikan menagement pembina ekskul. Jadi kedua kelompok itu menjalani kegiatannya dengan berbagi pembina.
Hal beruntung itu pun menghampiri Lia. Saat itulah dia berkenalan dengan Tony dan seketika itu juga mereka jadi akrab. Padahal, menurut informasi yang didapat Lia, Tony tuh nggak begitu suka deket-deket sama cewek. Dan itu berarti Lialah satu-satunya cewek dan cewek pertama yang bisa deket sama Tony.
Dengan perasaan senang, Lia sampai di restoran. Setelah celingak celingukan beberapa kali, akhirnya Lia menemukan Tony sedang duduk di sebuah kursi dan segera menghampirinya.

“Hi, dah lama?”Lia tersenyum, kemudian duduk di seberang Tony.

Tony tersenyum.”Barusan, kok!”

“Gimana? Kita mau makan apa?”tanya Lia bersemangat.

“Kan lo yang ditraktir, jadi lo aja yang tentuin”Tony menyerahkan buku menu kepada Lia.

Lia ketawa.”Duh, jadi nggak enak, nih! Kan lo yang traktir. Lo aja deh yang tentuin”Lia mendorong buku menu ke depan Tony.

Tony tersenyum. Kemudian mengambil buku menu dan membukanya.”Oke, kalo gitu gue yang tentuin, ya. Tapi inget, makannya harus habis, nggak boleh ada sisa sedikit pun”

Lia hanya tersenyum nakal.”Lho, ini kan bukan restoran buffet”
Tony geleng-geleng kepala. Lia tertawa senang. Tony mengusap-usap dagunya sambil memperhatikan tulisan-tulisan dalam buku menu.”Ehm … gimana kalo kita makan steak aja?”

“Steak? Ng …”Lia terlihat gelisah.

“Kenapa?”Tony mengerutkan alisnya.

“Sebenernya … gue vegetarian. Tapi kalo lo mau makan nggak pa pa kok. Gue makan yang laen aja”ucap Lia dengan tampang kasian.

Tony terlihat serius.”Oo… sorry kalo gitu. Ya udah, kita pesen yang laen aja, ya”

Tony kembali membolak balik buku menu.”Ehm … kalo gitu, gimana kalo kita pesen soup aja?”

“oup?”Lia kelihatan terkejut.”Ada santennya nggak?”

Tony memperhatikan gambar dalam buku menu.”Kayaknya sih ada. Kenapa?”

“Ng … gue … gue alergi santen”ucap Lia pelan.

Sekarang giliran Tony yang terkejut.”Oo… gitu ya? Oke, kalo gitu …”tangan Tony menelusuri tulisan-tulisan dalam buku menu dengan kecepatan siput.
Beberapa menit berlalu, namun Tony belum juga menentukan menu ke-3. Cowok itu kelihatan bingung dan sedikit takut, maksudnya takut salah milih menu lagi. Dan tiba-tiba aja tawa Lia meledak. Tony kontan melongok dan memperhatikan Lia dengan tampang bego.

“Kenapa?”tanya Tony bingung.

“Haha … sebenernya … gue nggak vegetarian”kata-kata Lia terus diiringi tawa.”Gue … gue juga nggak alergi santen”

Tony terlihat memperhatikan Lia dengan serius. Wajahnya seperti menyiratkan kata-kata berikut. ”Apa sih maksud cewek ini?”
Masih diiringi tawa. ”Akting gue bagus, khan?”
Tony pun tersenyum sambil geleng-geleng kepala. ”Hmm… susah deh kalo sama calon aktris…”
Lia tersenyum bangga. ”Tertipu ni yee …”
“Iya, deh! Gue tertipu. Sekarang lo aja deh yang pesen makanannya. Gue udah blank, nih!”kata Tony sambil menyerahkan buku menu kepada Lia.

***

Gemuruh suara tepuk tangan memenuhi ruang aula. Lia dan kawan-kawan aktris dan aktor dari ekskul drama bergandengan tangan dan memberi hormat kepada penonton dari atas panggung. Selesai beres-beres, Lia buru-buru keluar aula dan menemui Tony di sana. Di depan, Tony sudah menunggu Lia. Sambil tersenyum, Tony mengacungkan jempol ke arah Lia. ”Hebat!!”

Lia ketawa. ”Makasih, ya”

“Ehm… jangan lupa, lho! Lo kan janji setelah nonton drama ini lo mau traktir” tagih Tony.
“Iye, iye … gue nggak lupa, kok!”

***

Tony melihat ke sekeliling. ”Suasana restoran ini romantis banget, pantesan lo maksa-maksa mesti ganti baju dulu baru ke sini”

Lia ketawa. ”Asyik, khan! Ada musiknya lagi”

“Oke, sekarang kita mau pesen apa?” tanya Tony sambil mengacungkan buku menu.

“Pecel lele…” celetuk Lia.

“Pecel lele nenek lo, restoran elit begini mana ada pecel lele?”Tony ketawa.

Tiba-tiba aja wajah Lia terlihat sedih. Tony jadi agak khawatir.

“Kenapa?”

“Ng … gue jadi inget nenek gue…” Lia mulai menitikkan air mata.

Tony kelihatan ketakutan, ia pun segera mengusap air mata di wajah Lia. ”Emang nenek lo di mana?”
“Nenek … nenek gue udah meninggal” air mata Lia makin deras.

Tony kelihatan bingung, nggak tau mesti gimana. ”Ng …”

Lia masih menangis.

“Ng …”Tony masih berpikir mau gimana menghibur Lia.

Tapi, tiba-tiba aja hal itu jadi nggak penting lagi. Tawa Lia meledak.

“Ketipu lagi!”Lia dengan wajah berlinang air mata ketawa.

Tony menghela napas. ”Lia … lo bener-bener bikin gue bingung. Kapan sih lo bener-bener jadi Lia dan kapan lo jadi aktris?”

Lia ketawa. ”Tebak aja”

Tony tersenyum. ”Ya udah, sekarang kita udah bisa pesen makanan, khan?”

Lia mengangguk senang.

***

Terlihat Lia dan Tony sedang berjalan kaki sambil bergandengan tangan. Kemudian mereka berhenti di depan sebuah rumah, rumah Lia.

Tony tersenyum. ”Oke, sampe besok, ya”

Lia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya.”dadah”
Tony berbalik dan berjalan menjauh. Tapi tak lama kemudian teriakan Lia menghentikan langkahnya.

“Tony!” panggil Lia.

Tony menoleh, Lia sudah ada di belakangnya sambil terengah-engah.

“Kenapa?” tanya Tony.

“Gue … ada yang mau gue ngomongin” Lia terlihat gugup dan salah tingkah.
Tony melipat tangannya dan tersenyum. ”Ngomong aja, nggak pa pa, kok!”

Lia sedikit tertunduk.

”Gue … sebenernya sejak dulu gue suka banget sama lo. Tapi … gue nggak berani bilang atau pun deketin lo, soalnya ada gosip yang bilang kalo lo tuh benci sama cewek. Tapi … waktu jadwal ekskul kita bentrok, kita jadi kenal dan … jadi akrab kayak sekarang. Gue seneng banget”

Tony kelihatan menanti-nanti apa kata-kata Lia selanjutnya.”Jadi?“

“Jadi … lo … lo mau nggak … jadi … pacar gue?”Lia kelihatan gugup sekali waktu kata-kata itu keluar dari mulutnya.

Tony tersenyum. ”Lia … sebenernya … dulu gue emang benci sama cewek. Karena gue pikir cewek tuh kerjaannya cuma ngegosip dan melakukan kegiatan sejenisnya. Tapi hal itu berubah sejak jadwal ekskul kita bentrok waktu itu. Waktu itu gue liat lo lagi akting, gue bener-bener kagum. Gue nggak nyangka kalo di dunia ini ada cewek kayak lo. Lo bener-bener ajaib. Karena itu gue jadi suka bertemen sama lo”

Lia berubah jadi semangat, wajahnya memerah akibat malu.

“… Belakangan, gue sadar kalo perasaan gue ke elo bukan cuma temen. Ternyata … gue juga suka sama lo … dan gue berencana nembak lo. Tapi nggak disangka, malah lo yang nembak gue duluan”

“Jadi … sekarang kita udah jadian?”Lia bersemangat sekali, wajahnya berseri-seri.

Tony terlihat serius.”Sorry … cerita gue belom selesai. Tolong dengerin dulu sampe selesai. Dulu, gue emang niat nembak lo”

“Dulu?”Lia berteriak dalam hati.

“… tapi ada suatu hal yang mengubah itu”

“Apa?”tanya Lia cepat.

Tony mempertegas kata-katanya.”Masalahnya, gue nggak tau kapan lo jadi Lia yang sebenernya dan kapan lo lagi akting. Jadi, gue nggak tau kata-kata lo yang mengharukan barusan itu bener atau enggak. Siapa tau lo lagi akting kayak waktu lo bilang kalo lo itu vegetarian, alergi santen atau sedih karena nenek lo yang udah meninggal”

“Tapi … tapi gue bener-bener suka sama lo. Gue nggak lagi becanda, gue serius, kok!” Lia membela diri.

Tony menggeleng. ”Sorry … gue nggak bisa … udah cukup gue dibohongi 2 kali, gue nggak mungkin ketipu ketiga kalinya”

Kemudian, Tony pun pergi meninggalkan Lia seorang diri. Lia segera berlari ke dalam rumah dan menangis di dalam kamarnya.

***

Meskipun sedih, Lia tetep pergi ke sekolah keesokkan harinya. Tapi, begitu ia sampai di kelas …

“Wah, Lia … lo vegetarian? Kok gue baru tau? Bukannya lo paling suka makan bakso?”goda Dido ketika Lia baru aja masuk kelas.

Lia langsung melirik ke arah suara. ”Darimana dia tau …”

“Eh, bukan tau. Lia nggak vegetarian, tapi dia tuh alergi santen”teriak Eni.

“Alergi santen? Mana mungkin? Tiap pagi kan si Lia makan ketupat, minta kuahnya banyak lagi”celetuk Roni.
Kemudian temen-temen sekelas yang berjumlah sekitar 10 orang itu ketawa.

Lia memperhatikan seisi kelas, air matanya mulai menetes.”Ton, lo kok tega amat membeberkan hal ini ke semua orang? Apa lo benci banget sama gue?”

“Lho, Lia lo kenapa? Nenek lo meninggal?”Joni kembali memulai godaan.

Tawa dalam kelas kembali meledak.

“Eh, eh, pada diem dulu …” kata Seli menenangkan.

Anak-anak sekelas pun diam dan mendengarkan Seli.

“Dia bukan nangis gara-gara neneknya meninggal, tapi gara-gara ditolak Tony.” teriak Seli.

Air mata Lia makin deras, ia pun berlari keluar kelas. Di tengah-tengah emosinya yang memuncak, Lia berlari tanpa mengenal arah. Ia pun menabrak tubuh seseorang, yang ternyata adalah tubuh Tony.

Tony tersenyum.”Hi”

Lia segera memukul-mukul dada Tony. ”Ton, lo jahat! Lo jahat banget! Masa lo sebarin semua itu? Lo jahat! Jahat!! Kalo lo nggak suka gue, ya udah! Kalo lo benci gue, ya udah! Tapi kenapa lo harus mempermalukan gue kayak gitu? Lo jahat banget!”

Tony malah ketawa.”Lho, kok gue dibilang jahat sih? Gue kan cuma menceritakan kisah cinta kita sama temen-temen. Supaya mereka tau betapa romantisnya kisah cinta kita”

“Kisah cinta apaan?” teriak Lia. Ia pun makin keras memukul-mukul da.da Tony.

Tony tersenyum, kemudian memeluk Lia. Setelah Lia agak tenang, Tony mengusap air mata Lia.

“Oke, oke … gue minta maaf … gue janji gue nggak bakal melakukan hal ini lagi. Jadi …”

Lia mengusap-usap air matanya sampe bersih.”Jadi apa?”

“Jadi … sekarang kita udah jadian, khan?”Tony tersenyum.

“Jadian?”Lia kelihatan bingung.

“Ya iyalah! Seluruh sekolah udah tau kok kalo kita udah jadian”

“Tapi … tapi kemaren kan …”

“Oh, kemaren, ya? Kemaren kan gue cuma nyoba menyaingi akting lo. Lo ngerjain gue dua kali, gue ngerjain lo sekali. Cukup adil kan?”Tony ketawa.

Detik itu Lia baru sadar kalo dia udah dikerjain abis-abisan. Lia pun tersipu malu.”Ah, Tony jahat!”

“Siapa suruh lo ngerjain gue terus”sahut Tony.

Lia berubah menjadi serius.”Ton, gue janji nggak bakal bohongin lo lagi. Gue cuma akan berakting di atas panggung dan nggak bakal akting di depan lo lagi. Gue cuma akan jadi diri gue sendiri kalo di depan lo. Tapi lo juga harus janji, lo nggak boleh bales gue kayak gini lagi”

Tony tersenyum.”Oke, kalo gitu kita janjian …”

Tony mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Lia, kemudian mereka pun tersenyum.



Oleh : Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu bisa memberikan masukan, kritik dan saran untuk entry cerpen ini. Kata-kata kalian sangat membantu. Terima Kasih...