Sebelumnya, aku belum pernah bertemu dengan pria seperti Aldo. Dia pintar, baik, tampan, dan yang terpenting, kami sangat akrab, bahkan semua teman di sekolah selalu bertanya padaku apakah Aldo itu pacarku ? Mereka bilang aku sangat beruntung.
Walaupun aku selalu menggelengkan kepala ketika mereka bertanya, tapi sebenarnya saat itu hatiku berteriak “ Ya, benar, Aldo adalah pacarku, aku sangat suka padanya. Dia adalah milikku “ Kurasa dia benar – benar adalah Mr. Right yang selama ini kutunggu – tunggu.
“Hei, apakah kau yang bernama Helen ?“ Tanya seorang wanita cantik yang tiba – tiba berada di depanku. Suara halus wanita itu telah membuyarkan semua lamunan indahku tentang Aldo barusan.
Wanita itu sangat cantik, bahkan aku yang selalu menganggap diriku paling cantik tidak bisa lagi berkata apa – apa di depannya. Dia benar – benar cantik.
“Betul, anda ini siapa ? “ tanyaku.
“Kalau begitu, kau ini pasti sedang dekat dengan pria bernama Aldo, kan?“
Bagaimana dia bisa tahu namaku ? Juga, bagaimana dia bisa tahu aku dekat dengan Aldo ? Ada lagi, bagaimana dia bisa tahu sekolahku ? Dan bagaimana dia bisa tahu kalau sekarang aku sedang berada di sekolah ?
“Dari mana kau tahu ? “
“Aku tidak ingin kau mengikuti jejakku. Lebih baik kau segera meninggalkan Aldo, dia itu playboy. Dulu dia juga sangat baik padaku, seperti denganmu sekarang. Teman – temanku selalu mengatakan kalau kami adalah pasangan serasi. Dulu, kami bagaikan Romeo and Juliet. Tapi hal itu tak berlangsung lama, tak lama kemudian, aku melihatnya menggandeng wanita lain sambil tertawa – tawa gembira, aku langsung menghampirinya, ingin meminta penjelasan darinya, aku bertanya padanya, mengapa dia menggandeng wanita itu seperti menggandengku dulu ? Apa hubungannya dengan wanita itu ? Mengapa dia menghianatiku ? Tapi apa kau tahu jawabannya ? Dengan santainya dia bertanya padaku, “
Nona, apa aku mengenalmu ? “. Bahkan dia berpura – pura tidak mengenalku di depan wanita itu, saat itu aku ingin sekali membencinya, tapi aku tak bisa, aku terlalu menyukainya, yang kurasakan bukanlah kekesalan, tapi malah kesedihan, aku sangat sedih, perlu waktu lama untuk bisa melupakan peristiwa itu, makanya aku tidak mau kau mengalami hal yang sama denganku “ jelas wanita cantik itu.
“ Atas dasar apa aku harus mempercayai kata – katamu ? “
“ Kau harus percaya padaku, HARUS … … … “
***
“ Halo, Helen ! “ sapa Nia, teman sekamarku.
“ Halo juga “ jawabku.
“ Helen, apa hubunganmu dengan murid baru yang cantik itu sangat dekat ? “ tanya Nia.
“ Sebenarnya sih tidak, tapi sudah tiga hari ini dia terus mendatangiku dan mengatakan hal – hal buruk tentang Aldo. Dia ingin aku menjauhi Aldo. Kurasa sekarang aku jadi terpaksa akrab dengannya, bahkan mungkin aku tahu riwayat hidupnya, kapan dan dimana dia lahir, apa warna kesukaannya, apa makanan kesukaannya, siapa cinta pertamanya, kebisaaan – kebisaaan buruknya, bahkan rahasia – rahasia kecilnya, seperti pernah tidak mandi selama sebulan, tidak gosok gigi selama setahun dan sebagainya. Bahkan kalau dia tidak menjelek – jelekan Aldo, mungkin aku akan menjadi sahabatnya “ jelasku.
“ Benarkah ? Lalu apakah kau tahu kalau dia itu orang gila ? “
“ Apa ?? Orang gila ? Apa aku tidak salah dengar ? “
“ Benar, aku tidak bohong. Kelihatannya saja ia masih seumur dengan kita, karena wajahnya babyface, tapi sebenarnya ia lebih tua tiga tahun dari kita. Sebenarnya, dia bisa dibilang teman akrab kakakku, dulu kakakku sangat dekat dengannya, jadi semua yang dialaminya, kakakku tahu. Katanya dulu orangtuanya ngotot kalau anaknya itu tidak gila. Lagipula, orangtua mana yang mau anaknya dibilang gi.la ? Tapi karena ia suka mengancam jiwa teman – temannya dengan menodongkan pisau ke semua orang, maka akhirnya orangtuanya baru mau mengakui kalau anaknya itu memang bertindak tidak wajar, nah barulah ia diasingkan dari sekolah, ia dikirim ke luar negri untuk berobat. Lalu, bulan berganti bulan, waktu berganti waktu, ia pun sudah mulai sembuh, maka ia dikirim kembali ke sini “ jelas Nia.
“ Nia, kau jangan membohongiku, aku kan jadi takut. Orang gi.la kan bisa melakukan apa saja. Nia, aku takut, untung kau mengatakannya sekarang, kalau tidak mungkin aku sudah bersahabat dengan orang gila “ ucapku ngeri.
“ Makanya, kau jangan terlalu percaya pada orang lain “
“ Kalau dipikir – pikir, pantas saja ia mengatakan hal – hal buruk tentang Aldo, dari pertama aku sudah curiga, eh bukan – bukan, dari pertama aku sudah tahu kalau itu bohong. Mana mungkin pria sebaik Aldo playboy ? Walaupun aku tidak pernah bertanya langsung kebenarannya kepada Aldo, tapi aku percaya, Aldo pasti bukan orang seperti itu. Ternyata benar, wanita itu gi.la. Kasihan masih muda sudah gila “
Aku dan Nia pun tertawa terbahak – bahak.
“ Tapi, bagaimana, ya perasaan menjadi orang gila ? “ tanyaku serius.
Nia pun ikut serius. Kami berpikir sejenak.
“ Ah, sudah, sudah, jangan dipikirkan lagi ! “ ucapku takut.
“ Nia, ayo minum obat !! “ panggil seorang suster.
“ Ah, dia datang lagi ! Helen, aku pergi dulu, ya ! “ ucap Nia sambil beranjak pergi.
Aku tertawa senang, karena ternyata isu jelek tentang Aldo itu tidak benar, berarti ia bisa kembali menjadi Mr. Right – ku.
Aku memutuskan untuk melihat Aldo, sudah tiga hari ini aku tidak bertemu dengannya, karena wanita itu selalu mendatangiku dan tidak memberiku kesempatan untuk bertemu Aldo. Untung hari ini wanita gila itu tidak datang lagi mencariku.
Aku pun pergi ke kelas Aldo. Saat aku sedang berjalan menuju kelas Aldo, aku mendengar suara teriakan yang sangat keras yang berasal dari kelas Aldo, dan seingatku itu suara Aldo.
Saat aku masuk, aku melihat kedua tangan Aldo sedang dipegang oleh dua orang guru. Kedua guru itu berusaha mengikat Aldo dengan tali, sedangkan murid – murid yang lain hanya bisa melihatnya dari samping. Aldo terus berteriak dan memberontak.
“ Lepaskan !!! Jangan !!! “ ucap Aldo sambil menendang – nendangkan kakinya ke arah pak guru, lalu kembali mengulang kata – kata yang sama berkali – kali.
Aku sangat bingung, sebenarnya apa yang terjadi ? Mengapa Aldo sampai harus diikat ? Memangnya apa yang sudah dilakukannya ? Mengapa Aldo yang kulihat sekarang tidak seperti Aldo yang kukenal, mengapa Aldo bisa seperti ini ? Kemana perginya Aldo yang ramah, sopan, murah senyum dan baik itu ? Kemana ? Mengapa yang kulihat sekarang hanyalah seekor kingkong yang meronta – ronta minta dilepaskan ? Mengapa begitu ? Mengapa ?
Tiba – tiba seseorang menepuk pundakku, aku tersentak kaget. Aku segera berbalik, ternyata Nia.
“ Nia, bikin kaget saja “ ucapku sambil mengurut – urut dadaku tanda menenangkan jantungku.
“ Helen, ternyata wanita itu benar. Wanita itu dan Aldo benar – benar kenal “ ucap Nia.
“ Apa maksudmu ? “
Nia mendekatiku, lalu berbisik di telingaku “ Ternyata, Aldo juga gila. Mereka pernah berteman, ternyata yang dikatakan wanita itu benar. Lihat, sekarang Aldo sedang kumat, makanya dia diikat “ jelas Nia serius.
“ Apa kau bilang ? “
Seketika itu juga hatiku galau. Aku tidak berani lagi melihat Aldo, aku segera berlari ke kamarku, lalu aku pun menangis.
Aku benar – benar tidak bisa menghadapi kenyataan ini, Aldo gi.la ? Terlintas saja tidak pernah di pikiranku. Kalau Aldo memang gila, mengapa dulu ia begitu baik padaku, mengapa dulu dia sangat normal ? Mengapa dia tidak pernah kumat saat bersamaku, mengapa ia baru kumat sekarang ? Padahal aku kan selalu menghabiskan waktuku sepanjang hari bersamanya.
Sekarang ini aku tidak tahu lagi apa yang sedang kurasakan, sebenarnya aku ini kecewa karena Aldo bukan Mr. Right – ku atau takut karena Aldo itu orang gila ? Atau mungkin aku malu pada teman – teman karena ternyata orang yang begitu dekat denganku, yang selalu digosipkan sebagai pacarku, ternyata …
Aku menangis sepanjang hari, aku terus berpikir dan berpikir. Nia teman baikku hanya bisa menemaniku sambil duduk di sampingku dan berusaha menghiburku.
“ Sudah, Aldo kan bukan satu – satunya pria di dunia ini, kau pasti bisa mendapatkan yang lebih baik daripada Aldo. Percayalah padaku “ hibur Nia.
Saat mendengar kata – katanya, aku pun berpikir. Benar juga, tidak seharusnya aku rapuh hanya karena seorang pria, aku ini kan wanita yang kuat. Aku pun segera mengusap air mataku.
“ Benar, aku tidak selemah itu, aku harus bangkit kembali “ ucapku.
“ Betul, Helen yang kukenal seharusnya memang begini. Lihat tuh, tampangmu sekarang, mata bengkak, pipi bengkak, mulut bengkak, semua bengkak, sangat tidak enak dipandang “
Aku segera bercermin. Ternyata yang dikatakan Nia benar, tampangku jelek sekali saat itu, padahal kan selama ini aku selalu menganggap diriku adalah wanita paling cantik di dunia. Tidak boleh, tidak boleh ada seorang pun yang membuatku menjadi jelek.
“ Nia, aku harus bagaimana ? Apakah wajahku akan terus begini ? “ tanyaku cemas.
“ Tenang, besok juga sudah kembali normal, asal malam ini kau tidur yang cukup dan besok bangun dengan semangat yang baru “ kata Nia sambil tersenyum.
Aku pun menuruti kata – katanya. Aku segera tidur dengan nyenyak, dan keesokkan harinya bangun dengan semangat baru.
Aku membereskan buku pelajaranku, memeriksa apakah pelajaran yang kubawa sesuai dengan jadwal, setelah itu aku pun berangkat ke sekolah.
Pagi ini aku tidak melihat Nia, mungkin ia sudah berangkat duluan, jadi aku pun berangkat sendiri. Aku berlari dengan semangat menuju kelasku.
“ Helen, jangan lari – lari, nanti jatuh “ ucap suster yang tiba – tiba ada didepanku.
“ Aku kan mau pergi ke sekolah dengan semangat baru “ jawabku.
“ Iya, tapi jangan lari – lari “ jawab suster.
“ Suster, pagi ini aku tidak melihat Nia, kemana dia ? “ tanyaku.
“ Oh, dokter bilang dia sudah sembuh, jadi dia boleh pulang “
“ Pak guru bilang dia sudah sembuh ? Ah, tidak bisa, tidak bisa, aku harus bicara dengan Nia. Ada hal penting yang ingin kutanyakan dengannya “
Aku segera berlari keluar gerbang sekolah, aku mencari Nia sambil berteriak “ Nia, kau dimana ? Ada yang ingin kutanyakan “
Tapi aku melihat ke sekelilingku, Nia tidak ada.
“ Nia tidak ada, dia sudah pulang ke rumahnya “ ucap suster yang masih membawa obat sambil berlari mengejarku ke luar.
Aku menatap papan nama sekolahku yang besar. Aku bingung kenapa Nia mau pergi dari sekolah ini, padahal sekolahku ini kan sangat terkenal, semua orang pasti tahu nama sekolahku. Namanya saja begitu keren, kalau dieja R – U – M – A – H – S – A – K – I – T – J – I – W – A – G – R – O – G – O – L, lengkapnya Rumah Sakit Jiwa Grogol. Wah, kerennya ! Benar – benar nama yang unik. Aku bisa tebak, pasti yang menamai sekolahku ini adalah orang yang kreatif, karena nama yang diberikannya sangat berseni. Sekolah yang benar – benar kubanggakan.
Nia sudah pergi, tapi tidak apa – apa, aku akan pergi ke sekolah dengan semangat baru. Aku kembali ke dalam gedung sekolahku. Suster pun mengikutiku.
“ Suster, kapan pelajaran Fisika dimulai ? Hi… hi… hi… “ tanyaku sambil tertawa.
“ Setelah kamu minum obat, ya ? “ jawab suster.
“ Iya, suster. Hi… hi… hi… “
Walaupun aku selalu menggelengkan kepala ketika mereka bertanya, tapi sebenarnya saat itu hatiku berteriak “ Ya, benar, Aldo adalah pacarku, aku sangat suka padanya. Dia adalah milikku “ Kurasa dia benar – benar adalah Mr. Right yang selama ini kutunggu – tunggu.
“Hei, apakah kau yang bernama Helen ?“ Tanya seorang wanita cantik yang tiba – tiba berada di depanku. Suara halus wanita itu telah membuyarkan semua lamunan indahku tentang Aldo barusan.
Wanita itu sangat cantik, bahkan aku yang selalu menganggap diriku paling cantik tidak bisa lagi berkata apa – apa di depannya. Dia benar – benar cantik.
“Betul, anda ini siapa ? “ tanyaku.
“Kalau begitu, kau ini pasti sedang dekat dengan pria bernama Aldo, kan?“
Bagaimana dia bisa tahu namaku ? Juga, bagaimana dia bisa tahu aku dekat dengan Aldo ? Ada lagi, bagaimana dia bisa tahu sekolahku ? Dan bagaimana dia bisa tahu kalau sekarang aku sedang berada di sekolah ?
“Dari mana kau tahu ? “
“Aku tidak ingin kau mengikuti jejakku. Lebih baik kau segera meninggalkan Aldo, dia itu playboy. Dulu dia juga sangat baik padaku, seperti denganmu sekarang. Teman – temanku selalu mengatakan kalau kami adalah pasangan serasi. Dulu, kami bagaikan Romeo and Juliet. Tapi hal itu tak berlangsung lama, tak lama kemudian, aku melihatnya menggandeng wanita lain sambil tertawa – tawa gembira, aku langsung menghampirinya, ingin meminta penjelasan darinya, aku bertanya padanya, mengapa dia menggandeng wanita itu seperti menggandengku dulu ? Apa hubungannya dengan wanita itu ? Mengapa dia menghianatiku ? Tapi apa kau tahu jawabannya ? Dengan santainya dia bertanya padaku, “
Nona, apa aku mengenalmu ? “. Bahkan dia berpura – pura tidak mengenalku di depan wanita itu, saat itu aku ingin sekali membencinya, tapi aku tak bisa, aku terlalu menyukainya, yang kurasakan bukanlah kekesalan, tapi malah kesedihan, aku sangat sedih, perlu waktu lama untuk bisa melupakan peristiwa itu, makanya aku tidak mau kau mengalami hal yang sama denganku “ jelas wanita cantik itu.
“ Atas dasar apa aku harus mempercayai kata – katamu ? “
“ Kau harus percaya padaku, HARUS … … … “
***
“ Halo, Helen ! “ sapa Nia, teman sekamarku.
“ Halo juga “ jawabku.
“ Helen, apa hubunganmu dengan murid baru yang cantik itu sangat dekat ? “ tanya Nia.
“ Sebenarnya sih tidak, tapi sudah tiga hari ini dia terus mendatangiku dan mengatakan hal – hal buruk tentang Aldo. Dia ingin aku menjauhi Aldo. Kurasa sekarang aku jadi terpaksa akrab dengannya, bahkan mungkin aku tahu riwayat hidupnya, kapan dan dimana dia lahir, apa warna kesukaannya, apa makanan kesukaannya, siapa cinta pertamanya, kebisaaan – kebisaaan buruknya, bahkan rahasia – rahasia kecilnya, seperti pernah tidak mandi selama sebulan, tidak gosok gigi selama setahun dan sebagainya. Bahkan kalau dia tidak menjelek – jelekan Aldo, mungkin aku akan menjadi sahabatnya “ jelasku.
“ Benarkah ? Lalu apakah kau tahu kalau dia itu orang gila ? “
“ Apa ?? Orang gila ? Apa aku tidak salah dengar ? “
“ Benar, aku tidak bohong. Kelihatannya saja ia masih seumur dengan kita, karena wajahnya babyface, tapi sebenarnya ia lebih tua tiga tahun dari kita. Sebenarnya, dia bisa dibilang teman akrab kakakku, dulu kakakku sangat dekat dengannya, jadi semua yang dialaminya, kakakku tahu. Katanya dulu orangtuanya ngotot kalau anaknya itu tidak gila. Lagipula, orangtua mana yang mau anaknya dibilang gi.la ? Tapi karena ia suka mengancam jiwa teman – temannya dengan menodongkan pisau ke semua orang, maka akhirnya orangtuanya baru mau mengakui kalau anaknya itu memang bertindak tidak wajar, nah barulah ia diasingkan dari sekolah, ia dikirim ke luar negri untuk berobat. Lalu, bulan berganti bulan, waktu berganti waktu, ia pun sudah mulai sembuh, maka ia dikirim kembali ke sini “ jelas Nia.
“ Nia, kau jangan membohongiku, aku kan jadi takut. Orang gi.la kan bisa melakukan apa saja. Nia, aku takut, untung kau mengatakannya sekarang, kalau tidak mungkin aku sudah bersahabat dengan orang gila “ ucapku ngeri.
“ Makanya, kau jangan terlalu percaya pada orang lain “
“ Kalau dipikir – pikir, pantas saja ia mengatakan hal – hal buruk tentang Aldo, dari pertama aku sudah curiga, eh bukan – bukan, dari pertama aku sudah tahu kalau itu bohong. Mana mungkin pria sebaik Aldo playboy ? Walaupun aku tidak pernah bertanya langsung kebenarannya kepada Aldo, tapi aku percaya, Aldo pasti bukan orang seperti itu. Ternyata benar, wanita itu gi.la. Kasihan masih muda sudah gila “
Aku dan Nia pun tertawa terbahak – bahak.
“ Tapi, bagaimana, ya perasaan menjadi orang gila ? “ tanyaku serius.
Nia pun ikut serius. Kami berpikir sejenak.
“ Ah, sudah, sudah, jangan dipikirkan lagi ! “ ucapku takut.
“ Nia, ayo minum obat !! “ panggil seorang suster.
“ Ah, dia datang lagi ! Helen, aku pergi dulu, ya ! “ ucap Nia sambil beranjak pergi.
Aku tertawa senang, karena ternyata isu jelek tentang Aldo itu tidak benar, berarti ia bisa kembali menjadi Mr. Right – ku.
Aku memutuskan untuk melihat Aldo, sudah tiga hari ini aku tidak bertemu dengannya, karena wanita itu selalu mendatangiku dan tidak memberiku kesempatan untuk bertemu Aldo. Untung hari ini wanita gila itu tidak datang lagi mencariku.
Aku pun pergi ke kelas Aldo. Saat aku sedang berjalan menuju kelas Aldo, aku mendengar suara teriakan yang sangat keras yang berasal dari kelas Aldo, dan seingatku itu suara Aldo.
Saat aku masuk, aku melihat kedua tangan Aldo sedang dipegang oleh dua orang guru. Kedua guru itu berusaha mengikat Aldo dengan tali, sedangkan murid – murid yang lain hanya bisa melihatnya dari samping. Aldo terus berteriak dan memberontak.
“ Lepaskan !!! Jangan !!! “ ucap Aldo sambil menendang – nendangkan kakinya ke arah pak guru, lalu kembali mengulang kata – kata yang sama berkali – kali.
Aku sangat bingung, sebenarnya apa yang terjadi ? Mengapa Aldo sampai harus diikat ? Memangnya apa yang sudah dilakukannya ? Mengapa Aldo yang kulihat sekarang tidak seperti Aldo yang kukenal, mengapa Aldo bisa seperti ini ? Kemana perginya Aldo yang ramah, sopan, murah senyum dan baik itu ? Kemana ? Mengapa yang kulihat sekarang hanyalah seekor kingkong yang meronta – ronta minta dilepaskan ? Mengapa begitu ? Mengapa ?
Tiba – tiba seseorang menepuk pundakku, aku tersentak kaget. Aku segera berbalik, ternyata Nia.
“ Nia, bikin kaget saja “ ucapku sambil mengurut – urut dadaku tanda menenangkan jantungku.
“ Helen, ternyata wanita itu benar. Wanita itu dan Aldo benar – benar kenal “ ucap Nia.
“ Apa maksudmu ? “
Nia mendekatiku, lalu berbisik di telingaku “ Ternyata, Aldo juga gila. Mereka pernah berteman, ternyata yang dikatakan wanita itu benar. Lihat, sekarang Aldo sedang kumat, makanya dia diikat “ jelas Nia serius.
“ Apa kau bilang ? “
Seketika itu juga hatiku galau. Aku tidak berani lagi melihat Aldo, aku segera berlari ke kamarku, lalu aku pun menangis.
Aku benar – benar tidak bisa menghadapi kenyataan ini, Aldo gi.la ? Terlintas saja tidak pernah di pikiranku. Kalau Aldo memang gila, mengapa dulu ia begitu baik padaku, mengapa dulu dia sangat normal ? Mengapa dia tidak pernah kumat saat bersamaku, mengapa ia baru kumat sekarang ? Padahal aku kan selalu menghabiskan waktuku sepanjang hari bersamanya.
Sekarang ini aku tidak tahu lagi apa yang sedang kurasakan, sebenarnya aku ini kecewa karena Aldo bukan Mr. Right – ku atau takut karena Aldo itu orang gila ? Atau mungkin aku malu pada teman – teman karena ternyata orang yang begitu dekat denganku, yang selalu digosipkan sebagai pacarku, ternyata …
Aku menangis sepanjang hari, aku terus berpikir dan berpikir. Nia teman baikku hanya bisa menemaniku sambil duduk di sampingku dan berusaha menghiburku.
“ Sudah, Aldo kan bukan satu – satunya pria di dunia ini, kau pasti bisa mendapatkan yang lebih baik daripada Aldo. Percayalah padaku “ hibur Nia.
Saat mendengar kata – katanya, aku pun berpikir. Benar juga, tidak seharusnya aku rapuh hanya karena seorang pria, aku ini kan wanita yang kuat. Aku pun segera mengusap air mataku.
“ Benar, aku tidak selemah itu, aku harus bangkit kembali “ ucapku.
“ Betul, Helen yang kukenal seharusnya memang begini. Lihat tuh, tampangmu sekarang, mata bengkak, pipi bengkak, mulut bengkak, semua bengkak, sangat tidak enak dipandang “
Aku segera bercermin. Ternyata yang dikatakan Nia benar, tampangku jelek sekali saat itu, padahal kan selama ini aku selalu menganggap diriku adalah wanita paling cantik di dunia. Tidak boleh, tidak boleh ada seorang pun yang membuatku menjadi jelek.
“ Nia, aku harus bagaimana ? Apakah wajahku akan terus begini ? “ tanyaku cemas.
“ Tenang, besok juga sudah kembali normal, asal malam ini kau tidur yang cukup dan besok bangun dengan semangat yang baru “ kata Nia sambil tersenyum.
Aku pun menuruti kata – katanya. Aku segera tidur dengan nyenyak, dan keesokkan harinya bangun dengan semangat baru.
Aku membereskan buku pelajaranku, memeriksa apakah pelajaran yang kubawa sesuai dengan jadwal, setelah itu aku pun berangkat ke sekolah.
Pagi ini aku tidak melihat Nia, mungkin ia sudah berangkat duluan, jadi aku pun berangkat sendiri. Aku berlari dengan semangat menuju kelasku.
“ Helen, jangan lari – lari, nanti jatuh “ ucap suster yang tiba – tiba ada didepanku.
“ Aku kan mau pergi ke sekolah dengan semangat baru “ jawabku.
“ Iya, tapi jangan lari – lari “ jawab suster.
“ Suster, pagi ini aku tidak melihat Nia, kemana dia ? “ tanyaku.
“ Oh, dokter bilang dia sudah sembuh, jadi dia boleh pulang “
“ Pak guru bilang dia sudah sembuh ? Ah, tidak bisa, tidak bisa, aku harus bicara dengan Nia. Ada hal penting yang ingin kutanyakan dengannya “
Aku segera berlari keluar gerbang sekolah, aku mencari Nia sambil berteriak “ Nia, kau dimana ? Ada yang ingin kutanyakan “
Tapi aku melihat ke sekelilingku, Nia tidak ada.
“ Nia tidak ada, dia sudah pulang ke rumahnya “ ucap suster yang masih membawa obat sambil berlari mengejarku ke luar.
Aku menatap papan nama sekolahku yang besar. Aku bingung kenapa Nia mau pergi dari sekolah ini, padahal sekolahku ini kan sangat terkenal, semua orang pasti tahu nama sekolahku. Namanya saja begitu keren, kalau dieja R – U – M – A – H – S – A – K – I – T – J – I – W – A – G – R – O – G – O – L, lengkapnya Rumah Sakit Jiwa Grogol. Wah, kerennya ! Benar – benar nama yang unik. Aku bisa tebak, pasti yang menamai sekolahku ini adalah orang yang kreatif, karena nama yang diberikannya sangat berseni. Sekolah yang benar – benar kubanggakan.
Nia sudah pergi, tapi tidak apa – apa, aku akan pergi ke sekolah dengan semangat baru. Aku kembali ke dalam gedung sekolahku. Suster pun mengikutiku.
“ Suster, kapan pelajaran Fisika dimulai ? Hi… hi… hi… “ tanyaku sambil tertawa.
“ Setelah kamu minum obat, ya ? “ jawab suster.
“ Iya, suster. Hi… hi… hi… “
Oleh : Unknown...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kamu bisa memberikan masukan, kritik dan saran untuk entry cerpen ini. Kata-kata kalian sangat membantu. Terima Kasih...