TIT… tit…
Bunyi sms masuk, Grace segera mengambil ponselnya yang diletakkan di meja rias kamarnya. Ternyata sms dari Jeff. Wajah Grace langsung berubah menjadi ceria. Grace membuka sms itu dan membacanya.
“ Grace, gmn klo bsk seplng sklh kt pg jln2 ? Tg ak di t4 biasa, ya ? “ begitulah isi smsnya.
Grace langsung melompat girang, bagaimana tidak ? Walaupun Grace dan Jeff sudah pacaran selama dua tahun, tapi saat – saat mereka bersama sangat amat sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Kenapa bisa begitu ? Yaa karena Jeff selalu tak punya waktu. Kenapa Jeff bisa tak punya waktu? Bukan, bukan, dia bukan tipe orang yang bisa mendua, dia sibuk, tepatnya sangat sibuk karena ia aktif di setiap kegiatan OSIS.
Bagaimana tidak ? Dulu waktu kelas I SMU, sewaktu Jeff masih jadi wakil ketua OSIS saja, sudah sibuknya bukan main, apalagi sekarang Jeff malah terpilih sebagai ketua OSIS, tentu saja tambah sibuk.
Sekolah Jeff dan Grace adalah sekolah yang sangat mengandalkan OSIS, setiap kegiatan yang diadakan melibatkan OSIS, bahkan hal – hal kecil seperti menagih uang sekolah, juga harus OSIS yang bekerja. Karena itu seleksi menjadi anggota OSIS sangat ketat, hanya orang – orang yang dianggap berbakat dan pintar mengatur waktu yang terpilih.
Lalu kenapa Jeff selalu terpilih ? Apalagi sebagai pengurus inti, ya itu karena nilai Jeff selalu stabil walaupun dia sudah sibuk sekali, Jeff masih mendapatkan rangking 5 besar setiap semester. Kenapa bisa begitu ? Yaa karena Jeff belajar setiap malam, dan hal itu pula yang membuat Jeff tidak bisa selalu membuat janji dengan Grace, apalagi hampir setiap hari ada ulangan, lalu pada saat tidak ada ulangan, barulah mereka bisa janjian, itu juga kalau Jeff tidak ada kegiatan OSIS dan sejenisnya.
Jangan kira waktu pelajaran mereka masih bisa bertemu, sialnya, kelas Grace dan Jeff berbeda, jadi mereka hanya bisa bertemu saat istirahat, itu juga kalau Jeff tidak ada rapat dadakan.
Begitulah hubungan Grace dan Jeff selama dua tahun terakhir. Siapapun tidak akan menyangka kalau hubungan mereka akan tetap berjalan sampai sekarang, bayangkan saja, dua tahun lamanya.
***
Grace menendang batu kerikil yang ada di hadapannya, semua kekesalannya dilampiaskan ke batu itu. Tapi ia masih belum puas, ia mulai mencari sasaran baru, dan pohon besar di sebelahnya pun menjadi sasaran barunya, ditendang – tendang pula pohon itu dengan kaki kanannya.
Beginilah perasaan saat menunggu Jeff. Dulu sih waktu pertama kali mengalami kejadian seperti ini, Grace malah senang, ia malah bilang perasaan menunggu Jeff itu justru sangat menyenangkan, tapi kalau sudah dua tahun berturut – turut begini siapa yang tidak kesal ?
Grace mengeluarkan Hpnya dan mulai menelepon Jeff. Sial … hp Jeff tidak aktif. Grace melirik jam tangannya, sudah jam setengah empat sore. Padahal bel pulang berbunyi jam satu siang. Sebenarnya Grace ingin sekali menghampiri Jeff, tapi ia tidak tahu Jeff ada di mana. Memang Grace juga bisa mencari Jeff di sekeliling sekolah, tapi bagaimana jika nanti sewaktu Grace pergi, Jeff malah datang, Grace kan tidak tega membuat Jeff menunggu.
Akhirnya penantian Grace pun berakhir, Jeff datang. Jeff berlari ke arah Grace. Sambil terengah – engah Jeff berkata, “Grace, maafkan aku, tadi ada rapat dadakan karena ada perubahan jadwal kegiatan, jadi aku… “
“Tidak apa – apa, sekarang pun kita masih bisa pergi “ jawab Grace mengusap kening Jeff yang berkeringat dengan sapu tangannya.
“Tapi, sekarang rapat masih berlangsung, dan aku tidak tahu kapan selesainya, karena kami harus mengatur ulang jadwal, jadi mungkin harus memakan waktu lama. Aku tidak mau kamu lama menunggu, jadi lebih baik kamu pulang saja dulu, nanti kita atur lagi janji kita, maaf lagi – lagi aku ingkar janji “
Kata – kata yang sudah dihafal Grace, mungkin Grace lebih hafal kata – kata itu daripada pelajaran – pelajarannya, karena kejadian seperti ini bukan pertama kalinya dialami Grace. Air matanya hampir saja keluar, tapi dengan sekuat tenaga, Grace mencoba menahannya selama mungkin, seperti yang biasa dilakukannya.
Grace tetap tersenyum, walaupun sebenarnya hatinya sedang menangis. “Aku mengerti, baiklah aku akan pulang sendiri, kamu tidak perlu khawatir, lagipula rumahku kan dekat sini. Lebih baik kamu segera kembali, rapat kan tidak bisa berjalan tanpa ketua”
“ Baiklah, kalau begitu, aku pergi dulu, ya ? “ ucap Jeff.
Sebelum berbalik, Jeff masih melihat senyum Grace yang membangkitkan semangatnya. Baginya, Grace adalah gadis paling pengertian di dunia.
Saat Jeff membelakangi Grace dan berlari pergi, air mata Grace langsung menetes. Ia hanya bisa menatap punggung Jeff dari belakang yang makin lama makin menjauh.
Grace terjongkok di tempatnya berdiri, seluruh tubuhnya lemas. Ia terus berpikir, mengapa kejadian ini terulang lagi ? Ia bagaikan seseorang yang mempunyai seribu nyawa dan harus merasakan sakitnya dibunuh berkali – kali sampai nyawanya habis. Sampai kapan ia harus merasakan semua ini ? Bagaimana kalau ternyata nyawanya bukan ribuan, tapi jutaan ? Tak terbayang bagaimana sakitnya.
“Gua bener – bener kesel sama lu, kenapa sih nggak lu tinggalin aja cowok kurang ajar kayak gitu ? Dan gua juga nggak ngerti kenapa lu masih mau aja pacaran sama dia, padahal kan selama lu pacaran sama dia, bukan bahagia yang lu rasain , tapi sedih mulu. Yah, kayak gini ini nih yang selalu lu rasain, kok lu nggak kapok – kapok, ya ? Padahal kan masih banyak laki – laki di dunia ini, Grace ! Bahkan selama ini juga banyak cowok – cowok yang nembak lu, ya walaupun mereka nggak lebih ganteng daripada Jeff, tapi kan masa sih nggak ada satupun yang bisa memikat hati lu?” Uucap Lola yang datang menghampiri Grace.
“Tapi aku benar – benar menyukainya, menjadi pacarnya adalah penungguan terbesar dalam hidupku, aku tidak mungkin melepaskannya begitu saja hanya karena hal – hal sepele “ jawab Grace diselingi isak tangisnya yang menyedihkan.
Lola pun tak tega memarahi Grace lagi, melihat keadaannya yang begitu memprihatinkan.
“ Ya udah, gua nggak ngomong lagi. Ayo, gua anter pulang ! “
***
Jeff melambaikan tangannya kepada teman – temannya yang naik ke mobil angkutan umum sambil tersenyum.
“Kelihatannya lu seneng banget, ya ? “ kata Lola yang tiba – tiba menghampiri Jeff.
“Lola, kenapa kau bisa di sini ? “ tanya Jeff.
“Rumah gua kan di seberang sekolah, apa anehnya gua ada di seberang rumah gua ? Emang ada Undang – Undang yang mengatakan seseorang nggak boleh berada di seberang rumahnya sendiri?” jawab Lola dengan nada sinis.
“Oh, begitu, baiklah, aku pulang dulu, ya ! “ ucap Jeff santai.
“ Tunggu, ada yang mau gua bicarain sama lu “
“ Ada apa ? “
“ Gua mau nanya satu hal sama lu. Sebenarnya antara Grace dan OSIS, lu pilih yang mana sih ? “
Jeff tertawa, “Apa – apaan ini ? Benar – benar pertanyaan konyol, tentu saja aku pilih Grace, memangnya Grace bisa dibandingkan dengan OSIS ? Kalau tidak ada Grace, aku mana punya semangat untuk melakukan kegiatan OSIS ? Grace adalah sumber kekuatanku, tanpa Grace, aku bukan apa – apa, karena tanpanya, aku tidak bisa melakukan apa – apa “
“Wah, gua salut sama lu ! Kata – kata lu itu bagus sekali dan enak didenger, apa waktu lu nyakitin hati Grace berkali – kali lu juga mengucapkan kata – kata seindah ini ? “
“Apa maksudmu ? Aku mengecewakan Grace ? “
“Lebih mementingkan OSIS, trus mengesampingkan perasaan Grace apakah itu namanya bukan nyakitin hati Grace ? Mengingkari janji dan bikin dia nangis berkali – kali apa itu namanya bukan nyakitin hati Grace ?” suara Lola mulai meninggi.
“Mengesampingkan Grace ? Membuatnya menangis ? Apa yang kau bicarakan ? Jika yang kau maksud aku sibuk mengurusi OSIS, Grace saja bisa mengerti dan selalu mendukungku, kok ! Mengapa malah kamu yang berteriak – teriak seperti orang minta keadilan padaku ? Dan soal aku membuatnya menangis, itu adalah hal yang tidak mungkin, mustahil, kamu tahu ? Kemungkinannya adalah nol. Grace kan adalah seorang gadis yang ceria, periang dia tidak mudah menangis.” bantah Jeff.
“Jadi lu nggak pernah liat Grace nangis ? “
“Karena Grace memang tidak pernah menangis “ Jeff ngotot.
“Pantes, udah beribu – ribu kali gua liat adegan lu ninggalin Grace sendiri, tapi sekarang gua baru sadar kalo lu nggak pernah sekalipun menoleh ke belakang waktu lu pergi “
“Apa maksudmu ? Mengapa aku harus menoleh ke belakang ? “ tanya Jeff penasaran.
“Pikir aja sendiri “ ucap Lola yang kemudian pergi.
Jeff masih berdiri terpaku, ia berpikir, tapi tak lama kemudian, ia tersenyum sambil menggeleng – gelengkan kepala.
“Benar – benar tidak masuk akal “
Jeff pun pulang, tapi selama perjalanan pulang, kata – kata Lola selalu memenuhi kepalanya. Kepalanya serasa mau pecah. “ Mengesampingkan Grace, membuat Grace menangis “ kata – kata itu selalu terngiang – ngiang di kepalanya.
Untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya dan rasa capeknya karena sudah bekerja keras seharian, setelah mandi dan makan malam, Jeff pun tidur.
“Mengesampingkan Grace, membuatnya menangis, kau jahat ! KAU JAHAT !!! “ suara – suara itu memenuhi kepala Jeff.
“Tidak !!!!! “ Jeff berteriak cukup keras, ia pun bangun dari mimpi buruknya.
Jeff berpikir, ia membayangkan Grace yang ia kenal, yang ada di pikirannya hanyalah Grace yang ceria, periang, selalu tertawa, tidak ada Grace yang pendiam, sedih dan Grace yang sedang menangis.
Jeff mulai bicara dalam hati “ Dasar Lola, bikin pusing kepala saja, mana mungkin Grace seperti yang ia katakan ? Grace yang kukenal kan bukan begitu ? Tapi … hubunganku dan Grace sudah berjalan dua tahun, tapi waktu kami bersama sangat jarang, kalau dipikir – pikir, ini memang tidak adil baginya. Baiklah, mulai sekarang aku harus lebih baik padanya”.
Jeff melirik jam dinding kamarnya, sudah pukul sebelas malam. Ia berniat menelepon Grace, tapi apakah ia sudah tidur ? Bagaimana kalau mengganggunya ? Ah, coba saja, mungkin ia belum tidur.
Jeff pun menelepon Grace, setelah menunggu beberapa saat, telepon pun tersambung.
“Halo ? “ jawab suara dari ujung sana.
“Halo, Grace – nya ada ? “
“Iya, saya sendiri “
“Oh, Grace, ya ? Ini Jeff, bagaimana kalau besok kita pergi jalan – jalan sepulang sekolah ? “ ajak Jeff.
“Baiklah “ terdengar suara riang dari ujung sana.
“Kalau begitu tunggu aku di tempat biasa, ya ? “
“Oke ! “
“Ya sudah, tidurlah, sudah malam “
“Setelah menutup telepon aku akan tidur “
“ Baiklah, da.dah ! “
“dadah ! “ Grace pun menutup telepon.
Jeff melompat girang, ia merasa seperti pertama kali ia mengajak Grace pergi, ternyata perasaan itu sangat menyenangkan, sudah lama sekali ia tidak merasakannya, bahkan ia sudah lupa perasaan itu.
Tak lama kemudian, telepon kembali berdering, Jeff pun cepat – cepat mengangkat telepon, pasti Grace, mungkin ada yang lupa ia katakan.
“Halo, Grace ? “ Jeff mengangkat telepon.
“Grace ? Gua Justin, gua mau bilang kalo besok kita harus mendekor aula untuk acara yang akan kita adakan sepulang sekolah, inget, jangan telat, ya ? “
“Bukankah minggu depan baru mendekor ? “
“Jadwalnya kan udah berubah, masa lu lupa ? “
“Apa tidak bisa diubah, bagaimana kalau lusa ? “
“Mana bisa, waktu kita sangat mepet. Lagian kita kan udah bicarain semua ini di rapat tadi siang. Pokoknya gua nggak mau tau, lu harus dateng, lu kan ketua OSIS. Jangan telat, ya ! “ Justin menutup telepon.
Seketika itu juga kepala Jeff jadi pusing. “Bagaimana ini ? Ah, telepon Grace saja untuk membatalkan janji, tapi … bukankah dia sudah tidur? Lebih baik jangan mengganggunya, katakan besok saja, ya, besok saja”
***
Grace berjalan menuju pohon di depan gerbang sekolah, tempat ia biasa menunggu Jeff, tapi ternyata di sana Lola sudah menunggu.
“Lola ? Mengapa kau di sini ? “ tanya Grace.
“Udah, mendingan lu pulang aja, dia nggak bakal dateng. Kemaren aja waktu gua omelin dia masih bisa membela diri, sampai kapan pun dia nggak akan sadar “ jawab Lola.
“Apa ? Apa yang kau lakukan ? Kau memarahi Jeff ? Mengapa kau lakukan itu ? “
“Gua cuma nggak suka ngeliat pemandangan yang nggak menyenangkan di depan rumah gua “
“Kau tahu ? Kau tidak berhak melakukannya, ini adalah urusanku, tolong jangan ikut campur “
“Terserah lu lah ! Dasar keras kepala ! “ Lola pun pergi.
Setelah Lola pergi, Grace pun mulai berpikir, apakah benar apa yang dikatakan Lola ? Apakah Jeff akan datang ?
Grace pun mulai menunggu Jeff seperti biasanya. Tak lama kemudian Jeff datang menghampirinya.
Betapa senangnya Grace, ia pun tersenyum lebar. Lola memang salah, lihat saja, buktinya hari ini Jeff datang lebih awal dari biasanya, dia tidak lagi membuat Grace menunggu, itu berarti yang dikatakan Lola tentang Jeff salah.
Jeff menghampiri Grace sambil terengah – engah.
“Kau sudah datang ? “ tanya Grace sambil tersenyum.
Saat itu, hati Jeff seperti ditimpa oleh ribuan batu, rasa bersalah menimpanya, menikam hatinya. Melihat senyum Grace yang begitu manis, hatinya malah terasa sakit, karena yang akan dikatakannya kepada Grace hanya akan membuat Grace sedih, ia tidak tega melakukannya, tapi dia tidak punya pilihan.
Wajah Jeff penuh rasa bersalah, ia berusaha berkata – kata, tapi mengeluarkan satu kata rasanya seperti mengangkat ribuan gunung dengan tangannya, berat, berat sekali.
“Grace… aku… “ Jeff menundukkan kepala, ia tak sanggup lagi berkata – kata.
Melihat ekspresi wajah Jeff, Grace pun tau apa yang terjadi. Matanya mulai berkaca – kaca, tapi dengan segera ditahannya air mata yang akan membanjiri pipinya itu. Grace tidak pernah mau memperlihatkan air matanya pada Jeff, karena ia tahu, hal itu hanya akan membuat Jeff sedih dan ia sangat tidak mengharapkan hal itu. Daripada membuat Jeff sedih, ia lebih rela menelan kesedihan itu sendiri.
Grace pun memasang senyum manisnya. “Pasti kau berhalangan lagi kan ? Tidak apa – apa, kok ! “
Jeff mengangkat kepalanya, saat itu ia melihat senyuman Grace yang begitu ceria. Kali ini Lola benar-benar ngawur, beginilah Grace yang ia kenal, tidak seperti yang dikatakan Lola.
“Jangan khawatirkan aku, ingat aku selalu mendukungmu. Jangan kecewakan aku, ya ? Buat aku bangga, lakukanlah tugasmu dengan baik “ hibur Grace.
Jeff pun membalas senyum Grace. Beginilah Gracenya Jeff, di saat – saat seperti ini cuma Grace yang bisa menghibur Jeff “Baik, kalau ada dukunganmu, aku tidak akan takut apa pun. Semuanya pasti dapat kulakukan dengan baik. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, ya ?”
Grace tersenyum sambil menganggukkan kepala. Jeff pun segera berbalik dan berlari menjauhi Grace.
Saat itu, tiba – tiba saja rasa penasaran menghampiri Jeff. Kepalanya di penuhi oleh sebuah kalimat “Pantes, udah beribu – ribu kali gua liat adegan lu ninggalin Grace sendiri, tapi sekarang gua baru sadar kalo lu nggak pernah sekalipun menoleh ke belakang waktu lu pergi”
Kata – kata itu terus terngiang – ngiang di kepala Jeff. Perlahan – lahan ia pun menghentikan langkahnya , tapi ia masih belum berani membalikkan badannya. Ia takut yang dilihatnya nanti adalah Grace yang sedang menangis. Ia berharap yang akan dilihatnya di belakang adalah Grace yang sedang tersenyum sambil melambai – lambaikan tangannya, dengan begitu, rasa bersalahnya akan berkurang.
Tapi tidak begitu kenyataannya. Saat Jeff berbalik, ia melihat Grace yang sedang menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jeff pun segera menghampiri Grace dan memeluknya.
“Maafkan aku, Grace ! Maafkan aku ! “ ujar Jeff.
Grace melepaskan kedua telapak tangannya yang menutup wajahnya dan menatap Jeff dengan mata berkaca – kaca.
“Jeff ? Mengapa kau kembali ? “ tanya Grace. Sesaat kemudian sebelum Jeff menjawab, Grace baru sadar kalau ia telah menangis di depan Jeff, ia pun segera melepaskan pelukan Jeff dan berbalik ke belakang. “ Pergi ! Untuk apa kau kembali ? “
“Aku… aku tahu aku memang salah, tapi aku mohon, berilah aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku tidak akan mengingkari janji lagi, aku tidak akan mengecewakanmu lagi “
“Pergi !! Aku tidak mau melihatmu ! “ ucap Grace sambil menutup wajahnya, ia tidak mau Jeff melihat wajahnya yang berlinang air mata.
Jeff mendekati Grace dan membuka kedua telapak tangan yang menutupi wajah Grace. “ Jangan tutupi wajahmu ! Biarkan aku melihatnya ! Tolong, jangan begini ! Kau begini berarti telah membuatku menjadi orang yang kejam “
“Aku … “ Grace menatap Jeff, air matanya terus keluar.
Jeff segera memeluk Grace. “Menangislah ! Menangislah sepuasnya ! Jangan tahan lagi kesedihanmu, jangan simpan kesedihanmu sendiri, kau tidak boleh hanya berbagi kesenangan denganku, tapi kau juga harus berbagi kesedihan denganku, apa kau dengar ? “
Grace pun mengeluarkan semua kesedihannya di da.da Jeff yang bidang. Tak berapa lama, tangis Grace mulai mereda, ia melepaskan pelukan Jeff. “Aku sudah tidak apa – apa, kau kan masih ada urusan, seharusnya kau tidak di sini. Pergi.lah, aku akan menuggumu disini “
“Tidak, aku tidak akan pergi dari sini. Jika aku pergi pun, itu berarti pergi bersamamu, karena hari ini, aku akan mengundurkan diri dari OSIS “
“Tapi… bukankah kau sangat menyukai OSIS ? “
“Benar, aku memang menyukai OSIS, tapi… aku jauh lebih menyukaimu“ ucap Jeff sambil tersenyum.
***
Sementara itu …
“ Akhirnya gua bisa liat pemandangan indah di seberang rumah gua “ kata Lola sambil menyendok nasi goreng buatan maminya.
Bunyi sms masuk, Grace segera mengambil ponselnya yang diletakkan di meja rias kamarnya. Ternyata sms dari Jeff. Wajah Grace langsung berubah menjadi ceria. Grace membuka sms itu dan membacanya.
“ Grace, gmn klo bsk seplng sklh kt pg jln2 ? Tg ak di t4 biasa, ya ? “ begitulah isi smsnya.
Grace langsung melompat girang, bagaimana tidak ? Walaupun Grace dan Jeff sudah pacaran selama dua tahun, tapi saat – saat mereka bersama sangat amat sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Kenapa bisa begitu ? Yaa karena Jeff selalu tak punya waktu. Kenapa Jeff bisa tak punya waktu? Bukan, bukan, dia bukan tipe orang yang bisa mendua, dia sibuk, tepatnya sangat sibuk karena ia aktif di setiap kegiatan OSIS.
Bagaimana tidak ? Dulu waktu kelas I SMU, sewaktu Jeff masih jadi wakil ketua OSIS saja, sudah sibuknya bukan main, apalagi sekarang Jeff malah terpilih sebagai ketua OSIS, tentu saja tambah sibuk.
Sekolah Jeff dan Grace adalah sekolah yang sangat mengandalkan OSIS, setiap kegiatan yang diadakan melibatkan OSIS, bahkan hal – hal kecil seperti menagih uang sekolah, juga harus OSIS yang bekerja. Karena itu seleksi menjadi anggota OSIS sangat ketat, hanya orang – orang yang dianggap berbakat dan pintar mengatur waktu yang terpilih.
Lalu kenapa Jeff selalu terpilih ? Apalagi sebagai pengurus inti, ya itu karena nilai Jeff selalu stabil walaupun dia sudah sibuk sekali, Jeff masih mendapatkan rangking 5 besar setiap semester. Kenapa bisa begitu ? Yaa karena Jeff belajar setiap malam, dan hal itu pula yang membuat Jeff tidak bisa selalu membuat janji dengan Grace, apalagi hampir setiap hari ada ulangan, lalu pada saat tidak ada ulangan, barulah mereka bisa janjian, itu juga kalau Jeff tidak ada kegiatan OSIS dan sejenisnya.
Jangan kira waktu pelajaran mereka masih bisa bertemu, sialnya, kelas Grace dan Jeff berbeda, jadi mereka hanya bisa bertemu saat istirahat, itu juga kalau Jeff tidak ada rapat dadakan.
Begitulah hubungan Grace dan Jeff selama dua tahun terakhir. Siapapun tidak akan menyangka kalau hubungan mereka akan tetap berjalan sampai sekarang, bayangkan saja, dua tahun lamanya.
***
Grace menendang batu kerikil yang ada di hadapannya, semua kekesalannya dilampiaskan ke batu itu. Tapi ia masih belum puas, ia mulai mencari sasaran baru, dan pohon besar di sebelahnya pun menjadi sasaran barunya, ditendang – tendang pula pohon itu dengan kaki kanannya.
Beginilah perasaan saat menunggu Jeff. Dulu sih waktu pertama kali mengalami kejadian seperti ini, Grace malah senang, ia malah bilang perasaan menunggu Jeff itu justru sangat menyenangkan, tapi kalau sudah dua tahun berturut – turut begini siapa yang tidak kesal ?
Grace mengeluarkan Hpnya dan mulai menelepon Jeff. Sial … hp Jeff tidak aktif. Grace melirik jam tangannya, sudah jam setengah empat sore. Padahal bel pulang berbunyi jam satu siang. Sebenarnya Grace ingin sekali menghampiri Jeff, tapi ia tidak tahu Jeff ada di mana. Memang Grace juga bisa mencari Jeff di sekeliling sekolah, tapi bagaimana jika nanti sewaktu Grace pergi, Jeff malah datang, Grace kan tidak tega membuat Jeff menunggu.
Akhirnya penantian Grace pun berakhir, Jeff datang. Jeff berlari ke arah Grace. Sambil terengah – engah Jeff berkata, “Grace, maafkan aku, tadi ada rapat dadakan karena ada perubahan jadwal kegiatan, jadi aku… “
“Tidak apa – apa, sekarang pun kita masih bisa pergi “ jawab Grace mengusap kening Jeff yang berkeringat dengan sapu tangannya.
“Tapi, sekarang rapat masih berlangsung, dan aku tidak tahu kapan selesainya, karena kami harus mengatur ulang jadwal, jadi mungkin harus memakan waktu lama. Aku tidak mau kamu lama menunggu, jadi lebih baik kamu pulang saja dulu, nanti kita atur lagi janji kita, maaf lagi – lagi aku ingkar janji “
Kata – kata yang sudah dihafal Grace, mungkin Grace lebih hafal kata – kata itu daripada pelajaran – pelajarannya, karena kejadian seperti ini bukan pertama kalinya dialami Grace. Air matanya hampir saja keluar, tapi dengan sekuat tenaga, Grace mencoba menahannya selama mungkin, seperti yang biasa dilakukannya.
Grace tetap tersenyum, walaupun sebenarnya hatinya sedang menangis. “Aku mengerti, baiklah aku akan pulang sendiri, kamu tidak perlu khawatir, lagipula rumahku kan dekat sini. Lebih baik kamu segera kembali, rapat kan tidak bisa berjalan tanpa ketua”
“ Baiklah, kalau begitu, aku pergi dulu, ya ? “ ucap Jeff.
Sebelum berbalik, Jeff masih melihat senyum Grace yang membangkitkan semangatnya. Baginya, Grace adalah gadis paling pengertian di dunia.
Saat Jeff membelakangi Grace dan berlari pergi, air mata Grace langsung menetes. Ia hanya bisa menatap punggung Jeff dari belakang yang makin lama makin menjauh.
Grace terjongkok di tempatnya berdiri, seluruh tubuhnya lemas. Ia terus berpikir, mengapa kejadian ini terulang lagi ? Ia bagaikan seseorang yang mempunyai seribu nyawa dan harus merasakan sakitnya dibunuh berkali – kali sampai nyawanya habis. Sampai kapan ia harus merasakan semua ini ? Bagaimana kalau ternyata nyawanya bukan ribuan, tapi jutaan ? Tak terbayang bagaimana sakitnya.
“Gua bener – bener kesel sama lu, kenapa sih nggak lu tinggalin aja cowok kurang ajar kayak gitu ? Dan gua juga nggak ngerti kenapa lu masih mau aja pacaran sama dia, padahal kan selama lu pacaran sama dia, bukan bahagia yang lu rasain , tapi sedih mulu. Yah, kayak gini ini nih yang selalu lu rasain, kok lu nggak kapok – kapok, ya ? Padahal kan masih banyak laki – laki di dunia ini, Grace ! Bahkan selama ini juga banyak cowok – cowok yang nembak lu, ya walaupun mereka nggak lebih ganteng daripada Jeff, tapi kan masa sih nggak ada satupun yang bisa memikat hati lu?” Uucap Lola yang datang menghampiri Grace.
“Tapi aku benar – benar menyukainya, menjadi pacarnya adalah penungguan terbesar dalam hidupku, aku tidak mungkin melepaskannya begitu saja hanya karena hal – hal sepele “ jawab Grace diselingi isak tangisnya yang menyedihkan.
Lola pun tak tega memarahi Grace lagi, melihat keadaannya yang begitu memprihatinkan.
“ Ya udah, gua nggak ngomong lagi. Ayo, gua anter pulang ! “
***
Jeff melambaikan tangannya kepada teman – temannya yang naik ke mobil angkutan umum sambil tersenyum.
“Kelihatannya lu seneng banget, ya ? “ kata Lola yang tiba – tiba menghampiri Jeff.
“Lola, kenapa kau bisa di sini ? “ tanya Jeff.
“Rumah gua kan di seberang sekolah, apa anehnya gua ada di seberang rumah gua ? Emang ada Undang – Undang yang mengatakan seseorang nggak boleh berada di seberang rumahnya sendiri?” jawab Lola dengan nada sinis.
“Oh, begitu, baiklah, aku pulang dulu, ya ! “ ucap Jeff santai.
“ Tunggu, ada yang mau gua bicarain sama lu “
“ Ada apa ? “
“ Gua mau nanya satu hal sama lu. Sebenarnya antara Grace dan OSIS, lu pilih yang mana sih ? “
Jeff tertawa, “Apa – apaan ini ? Benar – benar pertanyaan konyol, tentu saja aku pilih Grace, memangnya Grace bisa dibandingkan dengan OSIS ? Kalau tidak ada Grace, aku mana punya semangat untuk melakukan kegiatan OSIS ? Grace adalah sumber kekuatanku, tanpa Grace, aku bukan apa – apa, karena tanpanya, aku tidak bisa melakukan apa – apa “
“Wah, gua salut sama lu ! Kata – kata lu itu bagus sekali dan enak didenger, apa waktu lu nyakitin hati Grace berkali – kali lu juga mengucapkan kata – kata seindah ini ? “
“Apa maksudmu ? Aku mengecewakan Grace ? “
“Lebih mementingkan OSIS, trus mengesampingkan perasaan Grace apakah itu namanya bukan nyakitin hati Grace ? Mengingkari janji dan bikin dia nangis berkali – kali apa itu namanya bukan nyakitin hati Grace ?” suara Lola mulai meninggi.
“Mengesampingkan Grace ? Membuatnya menangis ? Apa yang kau bicarakan ? Jika yang kau maksud aku sibuk mengurusi OSIS, Grace saja bisa mengerti dan selalu mendukungku, kok ! Mengapa malah kamu yang berteriak – teriak seperti orang minta keadilan padaku ? Dan soal aku membuatnya menangis, itu adalah hal yang tidak mungkin, mustahil, kamu tahu ? Kemungkinannya adalah nol. Grace kan adalah seorang gadis yang ceria, periang dia tidak mudah menangis.” bantah Jeff.
“Jadi lu nggak pernah liat Grace nangis ? “
“Karena Grace memang tidak pernah menangis “ Jeff ngotot.
“Pantes, udah beribu – ribu kali gua liat adegan lu ninggalin Grace sendiri, tapi sekarang gua baru sadar kalo lu nggak pernah sekalipun menoleh ke belakang waktu lu pergi “
“Apa maksudmu ? Mengapa aku harus menoleh ke belakang ? “ tanya Jeff penasaran.
“Pikir aja sendiri “ ucap Lola yang kemudian pergi.
Jeff masih berdiri terpaku, ia berpikir, tapi tak lama kemudian, ia tersenyum sambil menggeleng – gelengkan kepala.
“Benar – benar tidak masuk akal “
Jeff pun pulang, tapi selama perjalanan pulang, kata – kata Lola selalu memenuhi kepalanya. Kepalanya serasa mau pecah. “ Mengesampingkan Grace, membuat Grace menangis “ kata – kata itu selalu terngiang – ngiang di kepalanya.
Untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya dan rasa capeknya karena sudah bekerja keras seharian, setelah mandi dan makan malam, Jeff pun tidur.
“Mengesampingkan Grace, membuatnya menangis, kau jahat ! KAU JAHAT !!! “ suara – suara itu memenuhi kepala Jeff.
“Tidak !!!!! “ Jeff berteriak cukup keras, ia pun bangun dari mimpi buruknya.
Jeff berpikir, ia membayangkan Grace yang ia kenal, yang ada di pikirannya hanyalah Grace yang ceria, periang, selalu tertawa, tidak ada Grace yang pendiam, sedih dan Grace yang sedang menangis.
Jeff mulai bicara dalam hati “ Dasar Lola, bikin pusing kepala saja, mana mungkin Grace seperti yang ia katakan ? Grace yang kukenal kan bukan begitu ? Tapi … hubunganku dan Grace sudah berjalan dua tahun, tapi waktu kami bersama sangat jarang, kalau dipikir – pikir, ini memang tidak adil baginya. Baiklah, mulai sekarang aku harus lebih baik padanya”.
Jeff melirik jam dinding kamarnya, sudah pukul sebelas malam. Ia berniat menelepon Grace, tapi apakah ia sudah tidur ? Bagaimana kalau mengganggunya ? Ah, coba saja, mungkin ia belum tidur.
Jeff pun menelepon Grace, setelah menunggu beberapa saat, telepon pun tersambung.
“Halo ? “ jawab suara dari ujung sana.
“Halo, Grace – nya ada ? “
“Iya, saya sendiri “
“Oh, Grace, ya ? Ini Jeff, bagaimana kalau besok kita pergi jalan – jalan sepulang sekolah ? “ ajak Jeff.
“Baiklah “ terdengar suara riang dari ujung sana.
“Kalau begitu tunggu aku di tempat biasa, ya ? “
“Oke ! “
“Ya sudah, tidurlah, sudah malam “
“Setelah menutup telepon aku akan tidur “
“ Baiklah, da.dah ! “
“dadah ! “ Grace pun menutup telepon.
Jeff melompat girang, ia merasa seperti pertama kali ia mengajak Grace pergi, ternyata perasaan itu sangat menyenangkan, sudah lama sekali ia tidak merasakannya, bahkan ia sudah lupa perasaan itu.
Tak lama kemudian, telepon kembali berdering, Jeff pun cepat – cepat mengangkat telepon, pasti Grace, mungkin ada yang lupa ia katakan.
“Halo, Grace ? “ Jeff mengangkat telepon.
“Grace ? Gua Justin, gua mau bilang kalo besok kita harus mendekor aula untuk acara yang akan kita adakan sepulang sekolah, inget, jangan telat, ya ? “
“Bukankah minggu depan baru mendekor ? “
“Jadwalnya kan udah berubah, masa lu lupa ? “
“Apa tidak bisa diubah, bagaimana kalau lusa ? “
“Mana bisa, waktu kita sangat mepet. Lagian kita kan udah bicarain semua ini di rapat tadi siang. Pokoknya gua nggak mau tau, lu harus dateng, lu kan ketua OSIS. Jangan telat, ya ! “ Justin menutup telepon.
Seketika itu juga kepala Jeff jadi pusing. “Bagaimana ini ? Ah, telepon Grace saja untuk membatalkan janji, tapi … bukankah dia sudah tidur? Lebih baik jangan mengganggunya, katakan besok saja, ya, besok saja”
***
Grace berjalan menuju pohon di depan gerbang sekolah, tempat ia biasa menunggu Jeff, tapi ternyata di sana Lola sudah menunggu.
“Lola ? Mengapa kau di sini ? “ tanya Grace.
“Udah, mendingan lu pulang aja, dia nggak bakal dateng. Kemaren aja waktu gua omelin dia masih bisa membela diri, sampai kapan pun dia nggak akan sadar “ jawab Lola.
“Apa ? Apa yang kau lakukan ? Kau memarahi Jeff ? Mengapa kau lakukan itu ? “
“Gua cuma nggak suka ngeliat pemandangan yang nggak menyenangkan di depan rumah gua “
“Kau tahu ? Kau tidak berhak melakukannya, ini adalah urusanku, tolong jangan ikut campur “
“Terserah lu lah ! Dasar keras kepala ! “ Lola pun pergi.
Setelah Lola pergi, Grace pun mulai berpikir, apakah benar apa yang dikatakan Lola ? Apakah Jeff akan datang ?
Grace pun mulai menunggu Jeff seperti biasanya. Tak lama kemudian Jeff datang menghampirinya.
Betapa senangnya Grace, ia pun tersenyum lebar. Lola memang salah, lihat saja, buktinya hari ini Jeff datang lebih awal dari biasanya, dia tidak lagi membuat Grace menunggu, itu berarti yang dikatakan Lola tentang Jeff salah.
Jeff menghampiri Grace sambil terengah – engah.
“Kau sudah datang ? “ tanya Grace sambil tersenyum.
Saat itu, hati Jeff seperti ditimpa oleh ribuan batu, rasa bersalah menimpanya, menikam hatinya. Melihat senyum Grace yang begitu manis, hatinya malah terasa sakit, karena yang akan dikatakannya kepada Grace hanya akan membuat Grace sedih, ia tidak tega melakukannya, tapi dia tidak punya pilihan.
Wajah Jeff penuh rasa bersalah, ia berusaha berkata – kata, tapi mengeluarkan satu kata rasanya seperti mengangkat ribuan gunung dengan tangannya, berat, berat sekali.
“Grace… aku… “ Jeff menundukkan kepala, ia tak sanggup lagi berkata – kata.
Melihat ekspresi wajah Jeff, Grace pun tau apa yang terjadi. Matanya mulai berkaca – kaca, tapi dengan segera ditahannya air mata yang akan membanjiri pipinya itu. Grace tidak pernah mau memperlihatkan air matanya pada Jeff, karena ia tahu, hal itu hanya akan membuat Jeff sedih dan ia sangat tidak mengharapkan hal itu. Daripada membuat Jeff sedih, ia lebih rela menelan kesedihan itu sendiri.
Grace pun memasang senyum manisnya. “Pasti kau berhalangan lagi kan ? Tidak apa – apa, kok ! “
Jeff mengangkat kepalanya, saat itu ia melihat senyuman Grace yang begitu ceria. Kali ini Lola benar-benar ngawur, beginilah Grace yang ia kenal, tidak seperti yang dikatakan Lola.
“Jangan khawatirkan aku, ingat aku selalu mendukungmu. Jangan kecewakan aku, ya ? Buat aku bangga, lakukanlah tugasmu dengan baik “ hibur Grace.
Jeff pun membalas senyum Grace. Beginilah Gracenya Jeff, di saat – saat seperti ini cuma Grace yang bisa menghibur Jeff “Baik, kalau ada dukunganmu, aku tidak akan takut apa pun. Semuanya pasti dapat kulakukan dengan baik. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, ya ?”
Grace tersenyum sambil menganggukkan kepala. Jeff pun segera berbalik dan berlari menjauhi Grace.
Saat itu, tiba – tiba saja rasa penasaran menghampiri Jeff. Kepalanya di penuhi oleh sebuah kalimat “Pantes, udah beribu – ribu kali gua liat adegan lu ninggalin Grace sendiri, tapi sekarang gua baru sadar kalo lu nggak pernah sekalipun menoleh ke belakang waktu lu pergi”
Kata – kata itu terus terngiang – ngiang di kepala Jeff. Perlahan – lahan ia pun menghentikan langkahnya , tapi ia masih belum berani membalikkan badannya. Ia takut yang dilihatnya nanti adalah Grace yang sedang menangis. Ia berharap yang akan dilihatnya di belakang adalah Grace yang sedang tersenyum sambil melambai – lambaikan tangannya, dengan begitu, rasa bersalahnya akan berkurang.
Tapi tidak begitu kenyataannya. Saat Jeff berbalik, ia melihat Grace yang sedang menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jeff pun segera menghampiri Grace dan memeluknya.
“Maafkan aku, Grace ! Maafkan aku ! “ ujar Jeff.
Grace melepaskan kedua telapak tangannya yang menutup wajahnya dan menatap Jeff dengan mata berkaca – kaca.
“Jeff ? Mengapa kau kembali ? “ tanya Grace. Sesaat kemudian sebelum Jeff menjawab, Grace baru sadar kalau ia telah menangis di depan Jeff, ia pun segera melepaskan pelukan Jeff dan berbalik ke belakang. “ Pergi ! Untuk apa kau kembali ? “
“Aku… aku tahu aku memang salah, tapi aku mohon, berilah aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku tidak akan mengingkari janji lagi, aku tidak akan mengecewakanmu lagi “
“Pergi !! Aku tidak mau melihatmu ! “ ucap Grace sambil menutup wajahnya, ia tidak mau Jeff melihat wajahnya yang berlinang air mata.
Jeff mendekati Grace dan membuka kedua telapak tangan yang menutupi wajah Grace. “ Jangan tutupi wajahmu ! Biarkan aku melihatnya ! Tolong, jangan begini ! Kau begini berarti telah membuatku menjadi orang yang kejam “
“Aku … “ Grace menatap Jeff, air matanya terus keluar.
Jeff segera memeluk Grace. “Menangislah ! Menangislah sepuasnya ! Jangan tahan lagi kesedihanmu, jangan simpan kesedihanmu sendiri, kau tidak boleh hanya berbagi kesenangan denganku, tapi kau juga harus berbagi kesedihan denganku, apa kau dengar ? “
Grace pun mengeluarkan semua kesedihannya di da.da Jeff yang bidang. Tak berapa lama, tangis Grace mulai mereda, ia melepaskan pelukan Jeff. “Aku sudah tidak apa – apa, kau kan masih ada urusan, seharusnya kau tidak di sini. Pergi.lah, aku akan menuggumu disini “
“Tidak, aku tidak akan pergi dari sini. Jika aku pergi pun, itu berarti pergi bersamamu, karena hari ini, aku akan mengundurkan diri dari OSIS “
“Tapi… bukankah kau sangat menyukai OSIS ? “
“Benar, aku memang menyukai OSIS, tapi… aku jauh lebih menyukaimu“ ucap Jeff sambil tersenyum.
***
Sementara itu …
“ Akhirnya gua bisa liat pemandangan indah di seberang rumah gua “ kata Lola sambil menyendok nasi goreng buatan maminya.
-SELESAI-
Oleh : Lusiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kamu bisa memberikan masukan, kritik dan saran untuk entry cerpen ini. Kata-kata kalian sangat membantu. Terima Kasih...